Minggu, 03 Februari 2013

KUALITAS vs JABATAN


Baca: Galatia 2:1-10


Mengenai mereka yang dianggap terpandang itu—bagaimana kedudukan mereka dahulu, itu tidak penting bagiku, sebab Allah tidak memandang muka… (Galatia 2:6)


Bacaan Alkitab Setahun:
Imamat 9-10

Semua orang ingin dihormati sesuai dengan posisi atau jabatan yang disandangnya walaupun kedudukan itu bukan diperolehnya karena suatu prestasi. Seharusnya, prestasi atau kualitas kerjalah yang menentukan tinggi rendahnya kedudukan seseorang di tempat kerja.

Paulus memperjuangkan pengakuan atas kerasulannya tidak berdasarkan posisinya sebagai rasul, tetapi berdasarkan kualitas pelayanannya. Bagi Paulus, pengakuan akan posisinya sebagai rasul bukan hal yang terpenting. Ia jauh lebih menghargai kehormatan yang dipercayakan kepadanya untuk memberitakan Injil. Baginya, pengakuan Kristus terhadap kerasulannya jauh lebih tinggi atau lebih sah dibandingkan pengakuan dari manusia. Rasul Paulus tidak mundur dari pelayanan walaupun pengakuan akan jabatan kerasulannya masih diperdebatkan oleh kaum Yahudi yang memperjuangkan legalitas hukum Taurat. Ia menempatkan posisi Injil di atas segala peraturan manusia yang membelenggu sehingga ia mengabaikan desakan agar kewajiban bersunat diberlakukan bagi orang percaya bukan Yahudi. Kebenaran Injil yang sekarang menjadi patokan moral dan iman bagi setiap orang percaya.

Bagaimana dengan kita, apakah kita mengejar kualitas atau hanya sekadar posisi? Di negeri ini banyak orang berlomba mengejar posisi dengan menghalalkan segala cara, mulai dari main suap sampai memakai ijazah palsu. Jangan terhanyut arus. Ingatlah, kualitas pribadi akan kita bawa sampai mati, sedangkan posisi bisa tumbang sewaktu-waktu jika tidak ditunjang oleh kualitas pribadi—ENO
KARAKTER YANG BERKUALITAS AKAN MENJADI PENOPANG YANG TEGUH
BAGI KEDUDUKAN DAN PENCAPAIAN YANG MENJULANG

BERKAT, BUKAN BENCANA


Baca: Efesus 4:17–32


Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan dengan serakah mengerjakan segala macam perbuatan cemar. (Efesus 4:19)


Bacaan Alkitab Setahun:
Imamat 7-8

Penggunaan energi nuklir sebagai sumber energi alternatif saat ini masih memicu kontroversi yang sengit. Pihak yang mendukung mengedepankan manfaat energi nuklir, antara lain untuk mengurangi polusi udara karena emisi karbonnya rendah. Sebaliknya, pihak yang menentangnya menyoroti bahaya radiasi nuklir bagi manusia dan lingkungan. Ancaman bahaya semakin nyata bila manusia mengembangkan program senjata nuklir. Energi nuklir, dengan demikian, benar-benar harus dikelola secara hati-hati dan bijaksana.

Rasul Paulus juga mengingatkan orang percaya agar bersikap bijaksana dan berhati-hati dalam menjalani hidupnya. Kita dipanggil untuk hidup selayaknya manusia baru, manusia yang mengenal Allah dan bersekutu dengan Dia. Hidup sebagai manusia baru tak ayal mendatangkan berkat dan manfaat bagi sesama (ay. 28b, 29). Tetapi, sekalipun sudah diperbarui, kita masih dapat memilih untuk hidup dalam hawa nafsu dan keserakahan (ay. 19). Pilihan yang buruk ini pada akhirnya mendatangkan pertikaian, fitnah, dan berbagai tindak kejahatan (ay. 31). Sebuah gaya hidup yang tidak pantas bagi seorang manusia baru, bukan?

Bagaimana kita belajar untuk hidup secara bijaksana dan berhatihati? Dengan menyadari identitas kita sebagai manusia baru. Manusia baru bukanlah sumber bencana, melainkan sumber berkat bagi sesamanya. Izinkanlah Roh Kudus bekerja di dalam dan melalui kehidupan kita. Dia akan memampukan kita untuk mengasihi Allah dan sesama sebagaimana Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita.—JRT
KITA DIPANGGIL UNTUK MENJADI BERKAT DAN MEMELIHARA KEHIDUPAN
BUKAN UNTUK MENGHANCURKAN DAN MENDATANGKAN BENCANA

Selasa, 29 Januari 2013

MEMINTA HIKMAT


Baca: Yakobus 1:1-8


Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah. (Yakobus 1:5)

Bacaan Alkitab Setahun:
Keluaran 35-37

Seorang pemain golf profesional baru saja membuat pukulan bagus. Sayang, bolanya masuk ke sebuah kantong kertas pembungkus makanan yang dibuang sembarangan. Menurut peraturan, jika ia sengaja mengeluarkan bola itu, maka ia mendapat hukuman. Namun kalau ia memukul bola bersama kantong kertas itu, ia tidak mungkin bisa memukul dengan baik. Si pemain pun berpikir sejenak untuk mencari hikmat. Tak lama kemudian, ia mengambil korek dari sakunya dan membakar kantong kertas tadi. Sesudah itu, ia dapat memukul bola golf itu lagi dengan pukulan terbaiknya.

Di perjalanan hidup ini, kerap kita menjumpai peristiwa yang tak terduga dan belum pernah kita alami. Sebagian di antaranya bisa jadi berupa ujian yang berat (ayat 1-3)—baik dalam berkeluarga, dalam membesarkan anak, dalam bekerja, dalam bergaul, dalam melayani Tuhan, dan dalam banyak aspek lain lagi. Kita membutuhkan hikmat untuk menghadapinya. Namun, dalam kondisi sulit, wawasan dan pengalaman kita bisa terasa tak cukup. Sebagai anak Tuhan, di mana kita dapat memperoleh hikmat untuk dapat memilih sikap dan tindakan yang tepat?

Yakobus memberi kita kelegaan bahwa bila kita merasa kekurangan hikmat, kita boleh memintanya kepada Allah (ay. 5). Asal kita meminta dengan iman, Dia akan memberikan hikmat itu tanpa syarat. Dia akan memberi kita hikmat praktis untuk mengatasi kesulitan kita. Dia akan memberi kita hikmat untuk dapat melihat sebuah keadaan sebagaimana Allah melihat sehingga kita tahu bagaimana bersikap secara tepat bagi setiap pribadi dan dalam setiap situasi.—AW 
LIHATLAH MASALAH DARI CARA ALLAH MELIHAT
MAKA IA TAKKAN TAMPAK SESULIT KETIKA IA PERTAMA TERLIHAT

Kamis, 24 Januari 2013

LANGSUNG MARAH


Baca: Yakobus 1:19-27


Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab kemarahan manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. (Yakobus 1:19-20)

Bacaan Alkitab Setahun:
Keluaran 20-22

Seorang ibu begitu murka ketika anak gadisnya pulang terlambat. Tanpa banyak bertanya dan tidak memberi putrinya kesempatan untuk menjelaskan, si ibu langsung memuntahkan kalimat-kalimat yang tidak senonoh dan bernada menghakimi. Padahal, keterlambatan putrinya terjadi secara tak sengaja: ban motornya kempis di tengah jalan dan ia harus menuntun motor cukup jauh sebelum menemukan tukang tambal ban. Selain itu, batere telepon genggamnya habis sehingga ia tidak dapat memberi tahu ibunya.

Kita kadang-kadang membiarkan prasangka atau kemarahan menguasai diri kita sehingga kita tidak dapat menanggapi situasi dengan semestinya. Kita tidak meluangkan waktu untuk mendengarkan penjelasan orang lain dan secara gegabah melontarkan tuduhan. Ledakan amarah yang membabi buta menyebabkan kita menyeburkan perkataan yang tidak pantas dan meninggalkan luka yang mendalam di hati orang yang kita hakimi. Singkatnya, amarah yang tak terkendali menghancurkan hubungan yang baik.

Apa yang tampak oleh mata kita belum tentu mengungkapkan seluruh keadaan secara lengkap. Oleh sebab itu, sudah semestinya kita memberikan kesempatan kepada orang lain menjelaskan duduk perkaranya. Kesediaan untuk mendengarkan ini menolong kita untuk mengendalikan amarah. Sebaliknya, kita memiliki waktu untuk mempertimbangkan perkara secara lebih jernih sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih adil. Dengan itu, kita juga menghormati orang tersebut dan menghargai hubungan dengannya.—RE 
LEBIH BAIK MEMBERIKAN SEPASANG TELINGA YANG MAU MENDENGARKAN
DARIPADA MENCECARKAN SERIBU NASIHAT YANG MENGHAKIMI

MEMBUANG MAKANAN


Baca: Kejadian 1


... “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. (Kejadian 1:29)

Bacaan Alkitab Setahun:
Keluaran 23-25

National Resources Defense Counsel, badan pertahanan pangan nasional AS, pada Agustus 2012 mengeluarkan laporan mengejutkan. Menurut surveinya, warga AS membuang 40% makanan mereka. Nilainya setara dengan 165 miliar dolar per tahun, atau lebih dari 10 kilogram per orang per bulan. Dampaknya luas. Warga AS menderita obesitas paling parah di dunia. Mereka juga memboroskan penggunaan lahan, air segar, dan sekian banyak bahan kimia. Belum lagi, limbah makanan itu menyumbangkan 25% emisi gas metana di negeri itu. Misalkan mereka membuang makanan hanya sebanyak 15%, 25 juta orang akan dapat menikmati kecukupan pangan selama setahun penuh. Sebuah potret yang membuat kita mengelus dada.

Makanan terlalu berharga untuk dihamburkan. Sadarkah Anda bahwa makanan adalah pemberian pertama dari Allah yang tercatat dalam Alkitab? Kejadian 1 memaparkan, Allah menciptakan alam dengan firman-Nya. Puncaknya, Allah menciptakan manusia dan memberkati mereka. Barulah pada ayat 29, untuk pertama kali muncul kata “memberikan”. Pemberian ini tidak lain mengacu pada makanan untuk dikonsumsi manusia. Dan firman-Nya menegaskan, pemberian-Nya itu sesuatu yang baik bagi kesejahteraan ciptaan-Nya.

Ketika menjumpai hidangan di meja makan, kita sedang menyambut pemberian yang baik dari Allah. Adakah kita sungguh-sungguh mengucap syukur atas makanan itu? Apakah kita memilih makanan secara arif? Apakah kita makan dengan pola yang sehat, tidak berlebihan, dan tidak menghamburkannya secara sembrono?—ARS 
KETIKA KITA MENIKMATI MAKANAN
KITA MENIKMATI KEBAIKAN PEMELIHARAAN ALLAH

Jumat, 11 Januari 2013

BISNIS TIDUR


Baca: Amsal 3:21-26


Jikalau engkau berbaring, engkau tidak akan terkejut, tetapi engkau akan berbaring dan tidur nyenyak. (Amsal 3:24)

Bacaan Alkitab Setahun:
Kejadian 31-33

Apakah Anda mengidap insomnia atau sindroma sulit tidur? Di Amerika Serikat, menurut laporan Time, belakangan semakin berkembang berbagai kesempatan bisnis sehubungan dengan insomnia. Diperkirakan, pada 2012, saat perekonomian mereka lesu, “bisnis tidur” ini meraup pendapatan lebih dari 32 miliar dolar, terus naik dari tahun-tahun sebelumnya. Mulai dari obat-obatan, tempat tidur, lilin terapi, sampai konsultan, bisnis ini menawarkan berbagai kebutuhan bagi mereka yang mengalami kesulitan tidur.

Sulit tidur memang merepotkan dan dapat menguras biaya ekstra. Namun, kita yang bisa tidur lelap hari demi hari biasanya menganggap tidur nyenyak itu sebagai perkara yang memang sudah seharusnya begitu. Tidak sering kita memikirkan arti penting dan manfaat tidur. Menariknya, firman Allah cukup banyak membicarakan aktivitas ini, dan kebanyakan menyorotinya secara positif. Nas hari ini, misalnya, mengingatkan bahwa tidur nyenyak itu tidak lain suatu berkat dari Tuhan. Tidur merupakan salah satu bentuk pemeliharaan dan penjagaan Tuhan atas hidup kita. Orang yang berpaut pada Tuhan akan sejahtera jiwanya, dan pada gilirannya tubuh lahiriahnya pun akan dapat beristirahat dengan tenteram.

Hari ini, saat terjaga dari tidur atau saat berbaring menjelang terlelap, bagaimana jika kita meluangkan waktu untuk merenungkan berkat Tuhan yang unik ini? Biarlah kesadaran ini menolong kita mengembangkan pola tidur yang sehat: tidak berlebihan, tidak pula kerap begadang.—ARS 
TIDUR ADALAH SEBUAH TINDAKAN IMAN:
MENYERAHKAN KEBERADAAN KITA KEPADA DIA
YANG TIDAK PERNAH TIDUR

Kamis, 10 Januari 2013

MUKJIZAT KENTANG


Baca: Roma 8:18-30


Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia... (Roma 8:28)

Bacaan Alkitab Setahun:
Kejadian 28-30

Dalam Faith Like Potatoes, Angus Buchan dan ribuan warga berkumpul di Stadion King Parks, Durban, Afrika Selatan, berdoa meminta hujan turun. Semula seorang petani jagung dan peternak, Angus memutuskan untuk menanam kentang. Ia sudah diperingatkan, tidak bisa bertanam kentang tanpa pengairan yang cukup. Nyatanya, selama empat bulan hujan tak kunjung turun. Angus bisa aja geram dan patah semangat, namun ia memilih untuk tetap percaya.

Suatu hari ia meminta Simeon Bhengu, tangan kanannya, agar menyiapkan pegawai mereka untuk memanen ladang. Ia berdoa dan mengucap syukur atas panen hari itu—tanpa ia tahu kentangnya bertumbuh atau tidak. Ternyata, mereka memanen kentang berukuran besar-besar! Angus bersukacita dan warga setempat menyaksikan keajaiban Tuhan. Ah, siapa menduga bahwa Tuhan memiliki cara lain untuk menumbuhkan kentang?

Cara berpikir kita kerap tidak selaras dengan cara berpikir Tuhan. Rencana Tuhan sering tak terselami oleh daya pikir kita yang terbatas. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok. Hal itu dapat membangkitkan kekhawatiran, namun dapat pula memperkuat iman kita. Ya, ketika menghadapi jalan buntu, maukah kita terus berdoa dan berusaha dengan tetap percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah mengecewakan kita? Yakinkah kita bahwa, sekalipun keadaan tampak buruk, Allah sedang mengerjakan sesuatu yang baik? Jawaban Tuhan mungkin tidak senantiasa ajaib seperti pengalaman Angus, namun rencana-Nya pasti mendatangkan kesejahteraan bagi kita.—IST 
KITA MEMERLUKAN IMAN SEPERTI KENTANG:
IMAN YANG SEDERHANA, NYATA,
DAN MAMPU MENOPANG KITA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
—Peter Marshall